Lifekit.id logo long png 1

5 strategi jualan online yang dipakai brand sukses

business
Last updated: 
March 27, 2025
5 strategi jualan online yang dipakai brand sukses

kenapa banyak orang gagal jualan online? dan bagaimana kamu bisa sukses? Sudah coba berbagai strategi jualan online tapi hasilnya masih jauh dari ekspektasi? Produk sudah bagus, harga bersaing, tapi tetap saja orderan seret? Kalau kamu merasa seperti ini, kamu tidak sendirian.

Faktanya, banyak orang gagal jualan online bukan karena produknya jelek, tapi karena strategi yang mereka pakai tidak tepat. Mereka terlalu fokus pada hal yang salah, mengabaikan strategi yang benar-benar bisa meningkatkan penjualan.

Nah, di artikel ini, kita akan bahas 5 strategi yang terbukti berhasil dan dipakai oleh brand-brand sukses. Jadi, kalau kamu ingin penjualanmu naik, pastikan baca sampai habis!

1. pahami siapa target pelangganmu (jangan asal jualan)

Banyak orang berpikir, "Semakin banyak orang yang melihat produkku, semakin banyak yang beli." Padahal, ini salah besar.

Faktanya:
✅ Iklan yang menjangkau 100 orang yang benar-benar butuh produkmu jauh lebih efektif daripada menjangkau 1.000 orang yang tidak tertarik.
Menurut Startup Magazine yang dikutip dari ClearVoice, bisnis yang memahami target audiensnya bisa meningkatkan konversi hingga 73%.

Jadi, sebelum jualan, kamu harus tahu siapa pelanggan idealmu.

Baca juga: Kenapa Data-Driven Mindset itu Wajib dalam Marketing

bagaimana cara mengetahui siapa pelanggan idealmu?

  1. Lihat siapa yang sudah membeli produkmu
    Jika sudah punya pelanggan, cari tahu siapa mereka:
    1. Umur: Apakah mereka remaja, dewasa muda, atau orang tua?
    2. Pekerjaan: Apakah mereka mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, atau pengusaha?
    3. Kebiasaan belanja: Apakah mereka suka belanja di marketplace, Instagram, atau website langsung?
    4. Masalah yang mereka hadapi: Kenapa mereka membeli produkmu? Apa yang mereka cari?
  2. Bagaimana kalau belum punya pelanggan?
    Kalau kamu masih baru dan belum punya data pelanggan, lakukan riset dengan cara ini:
    1. Cek komunitas online seperti Facebook Group, Reddit, atau forum terkait produkmu. Lihat siapa yang sering bertanya atau mencari produk sejenis.
    2. Gunakan Google Trends untuk melihat tren pencarian terkait produkmu.
    3. Coba survei kecil ke orang-orang di sekitarmu yang sesuai dengan target pasarmu.

Gunakan data dari platform e-commerce dan social media

Platform seperti Facebook, Instagram, dan Google Analytics menyediakan data berharga untuk memahami target pasar.

Baca juga: E-Commerce vs marketplace: pengertian, jenis, dan manfaat

Bagaimana cara menggunakan dan menganalisisnya?

Facebook & Instagram Insights

  • Buka Meta Business Suite → Masuk ke Audience Insights
  • Lihat demografi pengikutmu: umur, lokasi, minat mereka.
  • Cek postingan atau iklan mana yang punya engagement tinggi → Ini bisa jadi indikasi ketertarikan mereka terhadap produk tertentu.

Google Analytics

  • Gunakan fitur Audience Overview untuk melihat siapa yang mengunjungi websitemu.
  • Cek Interest Report untuk tahu minat utama pengunjung websitemu.
  • Lihat Behavior Flow → Ini menunjukkan jalur perjalanan mereka di websitemu. Apakah mereka langsung checkout atau banyak yang keluar sebelum membeli?

Shopee & Tokopedia Seller Center (jika jualan di marketplace)

  • Gunakan fitur Analisis Pelanggan untuk melihat data pembeli, termasuk lokasi dan kebiasaan belanja.
  • Cek produk terlaris → Lihat pola pembelian, kapan paling ramai, dan siapa yang sering beli.

Baca juga: Jangan Ketinggalan! Tren E-commerce 2025 yang Wajib Diantisipasi

Contoh penggunaan data:

Misalnya, kamu jualan skincare. Dari Instagram Insights, kamu melihat bahwa mayoritas pengikutmu adalah perempuan 18-35 tahun yang tinggal di kota-kota besar dan sering berinteraksi dengan konten kecantikan. Dari Shopee Seller Center, kamu melihat bahwa produk sheet mask lebih laris saat akhir pekan. Dengan data ini, kamu bisa menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif, seperti membuat promo khusus weekend dan menjalankan iklan yang menargetkan perempuan muda dengan minat skincare.

Dengan memahami target pelangganmu, kamu bisa berhenti "menembak sembarangan" dan mulai berjualan dengan strategi yang lebih tepat sasaran!

2. jangan hanya jualan, bangun brand yang kuat

Kenapa orang rela bayar lebih untuk iPhone dibanding HP lain dengan spesifikasi serupa? Karena brand matters.

Brand bukan hanya soal logo atau nama. Brand yang kuat membuat pelanggan lebih percaya dan loyal. Bahkan, 59% konsumen lebih memilih membeli dari brand yang mereka kenal dan percayai (Forbes, 2023).

Apa itu brand yang kuat?

Brand yang kuat adalah brand yang memiliki identitas jelas, dikenal, dan dipercaya oleh target audiensnya. Beberapa ciri brand yang kuat:

  • Dikenali dengan mudah – Orang bisa langsung mengenali brand-mu dari logo, warna, atau gaya komunikasi.
  • Memiliki positioning yang jelas – Brand-mu bukan hanya sekadar "jualan barang," tapi punya nilai yang membuatnya berbeda dari kompetitor.

Baca juga: Kompetitor Monitoring: Cara Mengamati Strategi Pesaing Tanpa Terlihat

  • Membangun hubungan dengan pelanggan – Konsumen merasa terhubung secara emosional, bukan hanya membeli karena kebutuhan.
  • Kredibel dan dipercaya – Orang tidak ragu untuk membeli karena mereka sudah yakin dengan kualitas dan reputasi brand-mu.

Bagaimana cara membangun brand yang kuat?

1. Buat identitas brand yang jelas

Brand yang kuat harus punya identitas yang konsisten, meliputi:

  • Logo & warna brand → Pilih warna dan desain yang mencerminkan kepribadian brand-mu. Misalnya, warna biru untuk kesan profesional, merah untuk kesan berani.
  • Tone komunikasi → Apakah brand-mu ingin terlihat formal, fun, atau friendly? Pastikan gaya komunikasimu konsisten di semua platform.

Step-by-step:

  1. Tentukan warna dan logo yang mencerminkan brand-mu.
  2. Buat guideline tentang tone komunikasi, misalnya: apakah brand-mu lebih suka menggunakan bahasa santai atau profesional?
  3. Gunakan warna, logo, dan tone komunikasi ini secara konsisten di website, social media, packaging, dan materi promosi lainnya.

Contoh: Nike selalu menggunakan warna hitam/putih dengan slogan "Just Do It" yang berfokus pada semangat olahraga dan keberanian.

2. Gunakan storytelling dalam pemasaran

Orang lebih suka cerita daripada sekadar promosi produk. Brand yang sukses tahu cara membuat cerita yang menarik agar produk mereka lebih berkesan.

Step-by-step:

  1. Tentukan kisah brand-mu. Apa alasan kamu memulai bisnis ini? Apa masalah yang ingin kamu pecahkan?
  2. Gunakan cerita ini dalam pemasaran. Bisa dalam bentuk video, postingan social media, atau deskripsi produk di websitemu.
  3. Jangan hanya fokus pada produk, tapi ceritakan manfaatnya.

Contoh: Daripada hanya memposting "Beli sepatu lari ini!", coba ubah menjadi "Sepatu ini dirancang untuk memberikan kenyamanan maksimal, bahkan setelah 10 km lari. Buktikan sendiri pengalaman lari yang lebih nyaman!"

3. Bangun kepercayaan pelanggan

Orang hanya mau beli dari brand yang mereka percaya. Cara membangun kepercayaan:

  • Tampilkan testimoni & review pelanggan → Bisa di website, marketplace, atau Instagram Story Highlight.
  • Transparan dalam bisnismu → Tunjukkan proses produksi, behind-the-scenes, atau bagaimana kamu menangani customer service.
  • Pastikan kualitas produk & pelayanan tetap konsisten → Pelanggan yang puas akan merekomendasikan brand-mu ke orang lain.

Step-by-step:

  1. Mintalah pelanggan memberikan review setelah mereka membeli.
  2. Gunakan foto atau video testimoni untuk meningkatkan kredibilitas.
  3. Jika ada kritik atau keluhan, tanggapi dengan cepat dan profesional.

Contoh: Brand skincare Somethinc sering membagikan review pelanggan dalam bentuk video sebelum-sesudah untuk menunjukkan efektivitas produknya.

4. Jangan cuma jualan, berikan nilai tambah

Brand yang kuat tidak hanya menjual produk, tetapi juga memberikan manfaat lebih bagi audiensnya.

Step-by-step:

  1. Buat konten edukasi yang relevan dengan produkmu. Misalnya, jika kamu jualan fashion, buat tips styling.
  2. Berikan solusi, bukan hanya promosi. Coba bantu audiens menyelesaikan masalah mereka melalui konten.
  3. Gunakan format yang menarik seperti video, infografis, atau postingan carousel di Instagram.

Contoh:

Kalau kamu jual produk fashion, jangan cuma posting "Beli baju ini!" Coba buat konten seperti:

  • "5 cara mix & match outfit agar tampil stylish setiap hari."
  • "Bagaimana memilih warna baju sesuai warna kulitmu?"
  • "Tren fashion 2025 yang wajib kamu tahu!"

Brand yang memberikan nilai lebih akan lebih diingat dan dipercaya pelanggan.

3. Kuasai Strategi Marketing yang Terbukti Efektif

Tanpa strategi marketing yang tepat, produkmu bisa tenggelam di antara ribuan pesaing. Berikut beberapa strategi yang terbukti ampuh untuk meningkatkan penjualan:

  1. Optimasi Marketplace dan Website

Agar produkmu lebih menarik dan mudah ditemukan, pastikan marketplace atau website-mu dioptimalkan dengan baik.

  1. Gunakan foto produk berkualitas tinggi
    Foto yang jelas, dengan pencahayaan bagus dan latar belakang rapi, bisa meningkatkan kepercayaan pelanggan. Menurut riset, produk dengan foto yang menarik bisa meningkatkan konversi hingga 300%.

    Contoh: Jika kamu menjual sepatu, unggah foto dari berbagai sudut—tampak depan, samping, belakang, dan detail bahan—agar calon pembeli bisa melihatnya dengan jelas.
  2. Tulis deskripsi produk yang menarik dan informatif
    Jangan hanya menulis "Baju nyaman dan bagus." Buat deskripsi yang lebih detail, seperti:
    • "Baju premium dengan bahan breathable, nyaman dipakai seharian, dan cocok untuk cuaca tropis."
    • "Dilengkapi dengan cutting oversized yang memberikan tampilan stylish dan tetap nyaman."
  3. Gunakan SEO agar produk lebih mudah ditemukan
    SEO (Search Engine Optimization) adalah cara mengoptimalkan kata kunci agar produkmu muncul di pencarian Google atau marketplace.

    Contoh: Jika menjual tas kulit, pastikan deskripsi produk mencakup kata kunci seperti "tas kulit asli," "tas kulit pria premium," atau "tas kulit tahan lama."

B. Manfaatkan Media Sosial

Media sosial bisa menjadi alat marketing yang ampuh jika digunakan dengan strategi yang tepat.

  1. Pilih platform sesuai dengan produkmu
    • Instagram dan TikTok cocok untuk produk visual seperti fashion, makanan, dan kecantikan.
    • Facebook masih efektif untuk menjangkau audiens usia 30 ke atas.
    • LinkedIn cocok jika kamu menjual produk untuk bisnis (B2B).

Contoh: Jika kamu menjual produk kecantikan, buat tutorial makeup di TikTok. Jika menjual produk B2B, buat postingan edukatif di LinkedIn tentang bagaimana produkmu bisa membantu bisnis berkembang.

  1. Gunakan video pendek
    Konsumen lebih tertarik membeli setelah menonton video produk. Kamu bisa membuat video:
    • Review produk oleh pelanggan.
    • Cara menggunakan produk.
    • Perbandingan sebelum dan sesudah memakai produk.

Contoh: Jika kamu menjual blender portable, buat video yang menunjukkan cara menggunakannya di berbagai situasi, seperti di kantor atau saat traveling.

c. Gunakan Strategi Iklan yang Cerdas

Agar iklan tidak hanya membuang budget, gunakan strategi yang lebih terukur.

  1. Gunakan retargeting ads
    Pernah melihat iklan produk yang baru saja kamu lihat di marketplace? Itu disebut retargeting ads. Strategi ini membuat iklanmu muncul kembali di media sosial atau website lain setelah seseorang melihat produkmu, sehingga peluang mereka membeli jadi lebih besar.

    Contoh: Jika seseorang melihat produk skincare di website-mu tetapi belum membeli, iklan bisa ditampilkan kembali di Instagram mereka beberapa hari kemudian dengan penawaran diskon.
  2. Uji coba berbagai format iklan
    Kadang, iklan berbentuk video lebih efektif daripada gambar, atau sebaliknya. Uji beberapa format untuk melihat mana yang paling efektif untuk audiensmu.

    Contoh: Jika kamu menjual baju, coba dua jenis iklan: satu dengan gambar statis dan satu dengan video pendek yang menunjukkan bagaimana bajunya terlihat saat dipakai. Lihat mana yang mendapat lebih banyak interaksi dan penjualan.
  3. Pantau dan optimalkan budget iklan
    Jangan hanya memasang iklan tanpa melihat hasilnya. Pantau metrik seperti jumlah klik, jumlah pembelian, dan biaya per konversi. Jika ada iklan yang tidak efektif, alihkan anggaran ke iklan yang memberikan hasil lebih baik.

    Contoh: Jika iklan di Facebook tidak menghasilkan penjualan tetapi iklan di Instagram memberikan konversi tinggi, fokuskan budget lebih banyak ke Instagram.

4. maksimalkan customer service & pengalaman pelanggan

Bisnis yang sukses bukan hanya soal produk, tetapi juga bagaimana pelanggan merasa saat berinteraksi denganmu. Pelanggan yang puas lebih cenderung kembali membeli dan merekomendasikan bisnismu ke orang lain.

Berikut beberapa cara untuk meningkatkan layanan pelanggan:

1. Balas chat dengan cepat

Pelanggan tidak suka menunggu lama saat bertanya tentang produk. Menurut riset, 79% pelanggan mengharapkan respon dalam 1 jam.

Contoh:

  • Jika ada calon pembeli yang bertanya tentang ukuran sepatu, segera jawab dengan detail ukuran dan saran berdasarkan pengalaman pelanggan lain.
  • Gunakan fitur auto-reply di WhatsApp atau Instagram untuk memberikan balasan awal jika timmu sedang sibuk, seperti: "Terima kasih sudah menghubungi kami! Tim kami akan segera membalas pesan Anda dalam beberapa menit."

2. Berikan layanan after-sales

Pelanggan akan merasa lebih dihargai jika kamu tetap berinteraksi dengan mereka setelah pembelian.

Contoh:

  • Kirim pesan setelah produk diterima: "Halo! Terima kasih sudah berbelanja di toko kami. Semoga Anda puas dengan produk kami. Jika ada kendala, jangan ragu untuk menghubungi kami!"
  • Berikan diskon untuk pembelian berikutnya: "Sebagai pelanggan setia, kamu dapat diskon 10% untuk pembelian berikutnya. Gunakan kode: PELANGGANTETAP10."

3. Tawarkan garansi atau kebijakan retur yang jelas

Pelanggan akan lebih percaya jika tahu bahwa mereka bisa mengembalikan produk jika ada masalah.

Contoh:

  • Jika menjual elektronik, berikan garansi 6 bulan dan jelaskan cara klaimnya.
  • Jika menjual pakaian, berikan kebijakan retur seperti: "Bisa ditukar dalam 7 hari jika ukuran tidak sesuai."

4. Berikan pengalaman belanja yang menyenangkan

Hal-hal kecil bisa membuat pelanggan lebih terkesan dan loyal.

Contoh:

  • Gunakan packaging yang menarik, seperti kotak eksklusif atau wrapping khusus.
  • Sertakan kartu ucapan dengan pesan personal, seperti "Terima kasih sudah berbelanja di sini! Kami harap kamu menyukai produk ini. Sampai jumpa di order berikutnya!"
  • Tambahkan bonus kecil, misalnya sampel produk gratis untuk pembelian tertentu.

5. gunakan strategi upsell & cross-sell untuk meningkatkan keuntungan

Pernah beli minuman di restoran cepat saji dan ditawari "Mau upgrade ke ukuran besar?" Itulah contoh upselling.

bagaimana menerapkan upsell & cross-sell dalam jualan online?

  • Tawarkan produk pelengkap. Jika pelanggan beli sepatu, tawarkan kaos kaki.
  • Buat bundle promo. Misalnya, beli 2 produk diskon 10%.
  • Gunakan email marketing untuk menawarkan produk tambahan.

Strategi ini bisa meningkatkan pendapatan tanpa harus mencari pelanggan baru.

Siap Sukses Jualan Online? Saatnya Action!

Jualan online bukan sekadar pasang produk dan berharap pembeli datang sendiri. Tanpa strategi yang tepat, bisnismu bisa tenggelam di antara ribuan pesaing.

Sekarang, coba tanyakan ke diri sendiri:

  • Apakah aku benar-benar paham siapa target pelangganku?
  • Apakah brand-ku cukup kuat hingga orang rela memilih produknya dibanding kompetitor?
  • Apakah strategi marketing yang kupakai sudah terbukti efektif?
  • Apakah aku sudah memberikan pengalaman belanja yang bikin pelanggan ingin kembali lagi?

Kalau masih ragu dengan jawabannya, jangan khawatir. Semua brand besar pun pernah ada di posisi ini. Tapi bedanya, mereka berani action dan terus belajar.

Mau selangkah lebih maju? 🚀
Gabung ke sesi sharing eksklusif bareng saya, di mana kita akan bahas strategi jualan online yang benar-benar works berdasarkan data dan pengalaman langsung di industri.

Jangan sampai kelewatan—karena strategi yang tepat bisa jadi game-changer buat bisnismu!

Apakah kamu suka artikel ini?

Rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

Belum ada rating untuk artikel ini.

Table of Contents
Primary Item (H2)

Baca yang lainnya

Join the Smart Side of Learning

Gabung ke komunitas LifeKit untuk dapat insight-insight terbaru lainnya setiap minggu!
Subscribe
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram